01 Januari 2021

Irwan Basir Ajak Generasi Milenial Lestarikan Saluang Musik Tradisional Minangkabau


PADANG, 
(GemaMedianet.com
)  Ketua Majelis Pertimbangan Adat (MPA) Nagari Pauh IX Kuranji Irwan Basir Datuk Rajo Alam, SH, MM menghadiri Acara Dendang
Saluang dalam rangka pergantian tahun di kawasan Sungai Sapih, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat, Kamis (31/12/2020) malam. 

Irwan Basir Datuk Rajo Alam yang juga Ketua Dewan Pimpinan Daerah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (DPD LPM)  Kota Padang ini tampak menikmati setiap lantunan dendang yang diiringi musik Saluang khas Minangkabau, Sumatera Barat.

Sesekali Irwan Basir tampak tersenyum mendengar pedendang yang terlihat begitu piawai menyanyikan berbagai Lagu Minang dengan cara berdendang.

Kawasan Jalan Air Paku, Sungai Sapih yang merupakan salah Tapian dalam Kenagarian Pauh IX Kuranji ini, tadinya sepi mulai menarik perhatian sejumlah pengendara baik tua maupun muda yang melewati kawasan tersebut. Terlebih lagi, melihat kehadiran sosok Irwan Basir, tokoh yang sangat mereka kenal.

Walau musik dendang Saluang terkesan jadul, tapi hal itu tak menyurutkan Irwan Basir untuk terus menikmati sajian khas musik khas Minangkabau tersebut.

Baginya dengan menghadiri acara Dendang Saluang, maka hal itu bagian dari upaya melestarikan budaya.

Irwan Basir menilai musik dendang Saluang harus tetap dibudidayakan, karena termasuk salah satu ikon musik Sumatera Barat.

Irwan Basir tak ingin aliran musik khas Minangkabau ini justru tenggelam akibat banyaknya musik-musik impor yang masuk ke tanah air. Untuk itu ia berharap kalangan muda atau generasi milenial juga ikut serta melestarikan budaya yang sarat dengan pesan-pesan moral ini.

"Jika bukan kita siapa lagi yang akan menjaga pelestarian musik tiup tradisional Sumatera Barat. Ini juga merupakan bagian dari mengobati kerinduan perantau, bernostalgia bikin kangen masa kecil. Pikiran bawah sadar mendorong pulang kampung dan membangun nagari dari rantau," tutur Irwan Basir.

Menurut Irwan Basir, kemajuan teknologi dewasa ini juga berpeluang besar untuk terus mempopulerkan musik Dendang Saluang, sekaligus melestarikan budaya.

"Dengan kemudahan menyiarkan karya melalui berbagai media sosial seperti Youtube, Tweeter, instagram dan sebagainya, maka musik dendang Saluang akan tetap lestari. Tidak seperti sebelum-sebelumnya dimana Dendang Saluang hanya terdengar ketika ada acara-acara adat seperti pernikahan, sunat rasul dan alek nagari saja," tukas Owner Padang Fishing Club ini.


Mengenal Saluang

Suling atau Suliang, Saluang adalah alat musik tiup tradisional dari Sumatera Barat. Bentuknya hampir sama dengan alat musik suling yang ada di daerah lain di Indonesia. Namun, tiap-tiap suling memiliki kekhasan tersendiri, termasuk Suliang Minang.

Suliang sudah mulai digunakan sejak lama, tepatnya saat penyebaran Islam di Ranah Minang yaitu tahun 635-1600 Masehi. Kala itu merupakan era musik Melayu Qasidah dan Gurindam yang digunakan sebagai salah satu media penyebaran agama Islam. Suliang dipergunakan bersamaan dengan Aguang, Serunai, Rebana, dan Talempong.

Bahan yang digunakan untuk membuat Suliang adalah talang atau bambu tipis (Schizostachyumbrachycladum Kurz). Masyarakat Minangkabau percaya, bahwa talang untuk jemuran kain atau talang yang ditemukan hanyut di sungai adalah talang yang paling baik untuk menghasilkan suliang yang berkualitas. Selain untuk membuat suliang, talang juga dipergunakan oleh masyarakat Minang untuk membuat lemang, salah satu kuliner khas Sumatera Barat.

Suliang memiliki panjang sekitar 40-60 cm dengan diameter sekitar 3-4 cm. Seperti suling lainnya, suliang juga memiliki lubang kecil. Namun, lubang yang terdapat pada suliang hanya empat buah. Lubang yang berfungsi sebagai pengatur nada ini akan menghasilkan nada-nada diaktonis.

Meskipun terlihat sederhana, memainkan suliang termasuk sesuatu yang sulit dan membutuhkan latihan khusus dan terus-menerus. Para pemain suliang harus mampu memainkan alat musik ini dengan meniup dan menarik napas bersamaan, sehingga suara yang dihasilkan tidak akan terputus dari awal lagu hingga akhir. Teknik ini dinamakan manyisiahkan angok atau menyisihkan napas.

Tiap wilayah di Sumatera Barat memiliki gaya meniup suliang yang beragam, sehingga nada dan lagu yang dihasilkan pun beragam. Seperti gaya Kuranji, Singgalang, Pariaman, Solok, Saloyo, Koto Tuo, Suayan, dan Pauah. Bagi para pemula, gaya Singgalang bisa dijadikan pilihan karena dianggap cukup mudah. Jika ingin mendengar irama yang paling sedih, Sobat Pariwisata bisa mendengarkan gaya Ratok Solok dari daerah Solok.

Suliang biasa dimainkan dalam upacara adat seperti pesta perkawinan, batagak rumah, batagak pangulu, dan sebagainya. Suliang juga dimainkan dalam acara-acara kesenian sebagai musik pengiring, misalnya dalam Tari Piring. (Dbs/UK1/DP)

#Editor : Uki Ratlon

0 comments:

Posting Komentar

PRAKIRAAN CUACA

eqmap

SOLOK SELATAN


POLDA SUMBAR

iklan

TwitterFacebookGoogle PlusInstagramRSS FeedEmail

Statistic Views

Iklan

Iklan

Terkini

Iklan

FACEBOOK - TWEETER

Iklan

BUMN

Iklan

REMAJA DAN PRESTASI

iklan