.
PADANG, (GemaMedianet.com) | Lima daerah di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) dikepung banjir, longsor, dan angin kencang dalam waktu kurang dari 48 jam, akibat cuaca ekstrem. Kondisi yang memicu bencana alam itu berlangsung sejak Sabtu hingga Minggu (22-23/11/2025).
Berdasarkan data yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Kota Padang menjadi salah satu wilayah yang mengalami dampak paling awal dari cuaca ekstrem. Disusul Kabupaten Padang Pariaman, Kota Solok, Kabupaten Agam, hingga Kabupaten Tanah Datar.
Di Kota Padang, angin kencang yang berlangsung sejak dini hari menyebabkan sejumlah pohon tumbang, dan mengganggu akses transportasi di beberapa kelurahan di Kecamatan Koto Tangah, dan Padang Barat. Selain itu, banjir genangan terjadi di Kelurahan Gunung Pangilun, Kecamatan Nanggalo, pada Minggu (23/11) pukul 04.35 WIB.
“Meski tidak ada korban jiwa maupun kerusakan berat, BPBD Kota Padang telah melakukan evakuasi warga dan pembersihan material pohon tumbang," kata Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Sumbar, Era Sukma Munaf.
Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Padang Pariaman. Hujan intensitas tinggi memicu banjir di beberapa kecamatan seperti Lubuk Alung, Batang Anai, Sintuak Toboh Gadang, Ulakan Tapakih, dan 2x11 Anam Lingkung.
Selain banjir, tanah longsor juga terjadi di Kecamatan Parit Malintang dan 2x11 Kayu Tanam. Infrastruktur yang terdampak mencakup dua jalan, satu saluran irigasi, satu jaringan irigasi, serta satu gedung sekolah dasar.
"Pemerintah daerah beserta Satuan Tugas Reaksi Cepat (TRC-PB) telah meninjau lokasi dan melakukan pendataan," katanya.
Di Kota Solok, banjir terjadi pada Minggu dini hari sekitar pukul 02.30 WIB. Peristiwa ini berdampak pada runtuhnya bagian bangunan di dua lokasi, termasuk area sekitar AMIK Kosgoro.
BPBD mencatat sekitar enam kepala keluarga dengan total 18 jiwa terdampak banjir di wilayah tersebut. Petugas terus melakukan pemantauan sejak hujan mulai mengguyur.
Kabupaten Agam tercatat sebagai daerah dengan dampak paling luas. Tidak hanya banjir genangan, tetapi banjir bandang juga terjadi di Nagari Paninjauan, Kecamatan Tanjung Raya pada pukul 07.48 WIB.
Banjir bandang tersebut menyebabkan tiga kolam renang tertimbun material, satu unit kafe rusak, tiga saung kolam renang hancur, hingga aliran sungai berubah arah.
"Selain itu, banjir genangan menyebabkan kerusakan pada pemukiman, lahan pertanian, dan fasilitas publik. Salah satu jalan di Nagari Pasia Laweh dilaporkan ambles sepanjang 25 meter dengan kedalaman mencapai 2,5 meter," katanya.
Di Kabupaten Tanah Datar, banjir juga terjadi di Nagari Padang Laweh, Kecamatan Batipuh Selatan. Satu rumah dilaporkan rusak sedang dan tidak lagi dapat dihuni.
"Sejumlah perabotan warga turut mengalami kerusakan akibat derasnya aliran air dari sungai terdekat. Pemerintah setempat telah berkoordinasi dengan dinas terkait, termasuk Dinas Pekerjaan Umum dan Lingkungan Hidup, untuk penanganan lanjutan," kata Era.
Meski rentetan bencana ini terjadi di beberapa kabupaten dan kota, BPBD memastikan tidak ada korban jiwa.
"Sejumlah kerusakan, pendataan dampak, dan pemulihan infrastruktur masih berlangsung di lapangan. Pemantauan cuaca tetap dilakukan mengingat potensi cuaca ekstrem masih ada," katanya.
Era Sukma Munaf menyatakan, bahwa laporan ini merupakan tindak lanjut dari koordinasi lintas kabupaten dan kota melalui posko kebencanaan. “Semua daerah telah melakukan respons awal baik evakuasi, penanganan sementara, maupun pemantauan situasi,” ujarnya.
BPBD Sumbar mengimbau, masyarakat tetap waspada terutama bagi warga yang tinggal di dekat aliran sungai, lereng bukit, dan kawasan rawan longsor. "Dengan curah hujan yang masih tinggi, risiko bencana susulan dikategorikan tetap terbuka," katanya.
Hidrometeorologi Ekstrem
Berdasarkan analisis meteorologi terbaru, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Minangkabau, Sumbar saat ini berada dalam pengaruh kuat Monsun Asia.
Kondisi ini diperkirakan berlangsung pada 21 hingga 27 November 2025, dan menjadi penyebab utama meningkatnya hujan deras, serta fenomena cuaca ekstrem di sejumlah kawasan Sumbar belakangan ini.
Monsun Asia atau angin muson, adalah pola angin musiman yang bergerak dari wilayah daratan benua Asia menuju Samudra Hindia ketika memasuki musim basah.
Pada fase menguat seperti saat ini, monsun membawa suplai udara lembap dalam jumlah signifikan dari Samudra Hindia ke Indonesia, termasuk Sumatera Barat.
Ketika masa udara yang kaya uap air ini bertemu dengan topografi Bukit Barisan, terjadi proses pengangkatan udara (orographic lifting) yang memicu pembentukan awan hujan dengan intensitas tinggi.
Menurut BMKG Minangkabau, fenomena ini semakin diperkuat oleh kondisi atmosfer global yang terjadi bersamaan. Indian Ocean Dipole (IOD) negatif, aktivitas gelombang Rossby Ekuatorial, dan anomali suhu muka laut yang hangat menciptakan lingkungan atmosfer yang sangat mendukung pertumbuhan awan konvektif.
Kombinasi faktor tersebut memperbesar peluang terjadinya hujan lebat, petir, angin kencang, hingga kejadian hidrometeorologi ekstrem.
Kepala Stasiun Meteorologi Minangkabau, Desindra Deddy Kurniawan mengatakan, dinamika atmosfer ini bukan sekadar variasi cuaca harian, melainkan pola musim yang memengaruhi kawasan dalam skala luas.
Kondisi tersebut berkaitan dengan cuaca buruk yang terjadi belakangan ini di Sumatera Barat, termasuk hujan intens yang menyebabkan genangan, banjir lokal, dan jalan licin di beberapa titik.
“Peluang bencana hidrometeorologi meningkat seiring peningkatan pertumbuhan awan hujan. Potensi kejadian seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, serta petir perlu diwaspadai," katanya.
BMKG, katanya, menetapkan sejumlah wilayah sebagai area dengan risiko ti.nggi, yaitu Padang Pariaman, Pariaman, Padang, Pesisir Selatan, Sijunjung, Kepulauan Mentawai, Pasaman Barat, Agam, Tanah Datar, Solok, Dharmasraya, Solok Selatan, dan Limapuluh Kota.
"Karakteristik geografis seperti lereng terjal, aliran sungai berhulu di pegunungan, dan daerah pesisir meningkatkan kerentanan saat intensitas hujan meningkat," kata Desindra.
BMKG mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan, terutama warga yang tinggal di dekat sungai, perbukitan, dan pesisir.
"Pembaruan informasi cuaca sebelum bepergian, dinilai penting untuk mengurangi risiko, terutama bagi masyarakat yang beraktivitas di luar ruangan. Selain itu, warga diminta menghindari lokasi rawan saat hujan berlangsung lama dan deras," imbuhnya.
Informasi cuaca dan peringatan dini Sumatera Barat dapat diakses melalui akun resmi Instagram @bmkgminangkabau, aplikasi InfoBMKG di Android dan iOS, atau layanan WhatsApp di nomor 0812-6812-5907. (sdc)
#Editor: Marzuki RH









0 comments:
Post a Comment