PADANG, (GemaMedianet.com) | Sejak pagi, langit Kota Padang enggan berkompromi. Awan-awan kelabu menggantung rendah, dan rintik hujan menari pelan di atas genting rumah di Jalan Samudra No. 27, Kelurahan Olo, Padang Barat. Namun di sebuah halaman yang dipenuhi tenda sederhana, hangatnya cinta dan pertemuan manusia justeru menguap lebih kuat daripada dinginnya air hujan.
Hari itu, pasangan Muhammad Angga dan Neisya Aprillina menautkan janji hidup bersama janji yang disaksikan keluarga, sahabat, serta para insan pers yang sudah lama berkawan.
Sebuah Halaman yang Jadi Ruang Kenangan
Rumah keluarga mempelai pria, milik M. Fitri Irawan, atau yang akrab disapa Davit Pelor bersama sang istri, Andriyeni (Yeni), berubah menjadi ruang kebersamaan yang penuh warna. Hujan tidak mengecilkan langkah para tamu. Mereka datang satu per satu, beberapa dengan payung yang masih meneteskan air, beberapa lainnya hanya mengibaskan jaket basah sambil tersenyum.
Dari kejauhan, tampak sosok yang begitu dikenal dalam dunia jurnalisme Sumatera Barat: M. Fitri Irawan, atau yang akrab disapa Davit Pelor. Bersama sang istri, Andriyeni (Yeni), keduanya menyambut para tamu dengan mata berbinar mata orang tua yang melepas putra sulungnya menempuh hidup baru.
Ada kebanggaan yang tak diucapkan, ada haru yang ditahan, dan ada getar bahagia yang memenuhi udara, lebih hangat dari kopi yang tersaji di meja tamu.
Pertemuan Para Pewarta : Dari Lapangan Liputan ke Panggung Kebahagiaan
Pernikahan ini seolah menjadi titik temu spontan bagi para jurnalis yang terbiasa bertemu dalam konferensi pers, kejar-kejaran dengan deadline, atau berbagi informasi di lapangan.
Diantara kerumunan, hadir David Efendi, Ketua IKW, Marzuki Rahman Htb, SH Sekretaris IKW, Osmond, jurnalis Dirgantaraonline.co.id, Rini Abidin jurnalis Serasinews.com, Dani Putra jurnalis Media Koreksi, Ismedi jurnalis Media Wawasan.com, Eva Yohana pengusaha Esa Cafe GOR H. Agus Salim, Afridon, jurnalis investigasi Beritaeditorial.com.
Mereka hadir bukan sekadar sebagai undangan. Di hari itu, mereka datang sebagai sahabat yang merayakan momen besar dalam hidup seorang rekan seprofesi.
Hujan pun seperti sengaja memperlambat waktu, memberi ruang bagi tawa yang lama tak terdengar, pelukan hangat, dan cerita-cerita yang selama ini hanya mengendap di kepala.
Musik, Suara dan Rasa yang Menyatu
Jika biasanya hujan membuat acara menciut, hari itu justru terjadi sebaliknya. Saat rintik semakin rapat, panggung kecil di pojok halaman menjadi pusat sorotan. Dani Putra, David Efendi, dan Marzuki Rahman Htb bergantian menyumbangkan suara mereka.
Lagu-lagu lawas berkumandang, membangkitkan nostalgia. Suara mereka mungkin tak seprofesional penyanyi panggung, tetapi justeru itulah yang membuat suasananya begitu intim, tawa pecah, tepuk tangan menyusul, dan setiap lirik menjadi jembatan yang menghubungkan kenangan masa lalu dengan kebahagiaan hari ini.
Di sudut lain, aroma masakan khas Minang membumbung. Gulai, rendang, sate, hingga buah-buahan segar tersaji rapi. Makanan itu bukan sekadar hidangan, tetapi cermin keramahan keluarga tuan rumah: hangat, tulus, dan apa adanya.
Jejak Kehadiran dari Instansi Pemerintah
Pesta itu juga diramaikan oleh kehadiran tamu-tamu dari berbagai instansi vertikal dan daerah.
Dari mulai Direktorat Lalu Lintas Polda Sumatera Barat (Sumbar), Kabid Humas Polda Sumbar, Balai Wilayah Sungai Sumatera V Padang, Humas KAI Divre II Sumbar, Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang.
Keberadaan mereka menjadi bukti luasnya hubungan sosial keluarga mempelai, serta hormat yang terbangun selama ini.
Ketika Hujan Jadi Latar dan Bahagia Jadi Pemeran Utama
Yang menarik, tak seorang pun terlihat mengeluh meski hujan turun tanpa jeda. Justeru rintik itu menjadi latar romantis yang mempertegas satu hal, bahwa k.ebahagiaan tidak pernah menunggu langit cerah.
Ia tumbuh kapan pun, dimana pun, selama ada cinta dan manusia yang saling menguatkan.
Di bawah tenda, di samping panggung, di dekat meja makanan, dan di setiap sudut rumah kebahagiaan hari itu berpendar dengan caranya sendiri. Seolah-olah hujan hanyalah musik latar, sementara yang menjadi pemeran utamanya adalah tawa, doa, serta hangatnya persahabatan dan keluarga.
Doa yang Mengiringi Angga dan Neisya
Dari para jurnalis yang hadir, dari kerabat, dan dari tamu undangan, satu harapan yang sama menggema "Semoga Angga dan Neisya membangun . tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Semoga cinta mereka kuat menghadapi segala ujian kehidupan".
Dan seperti hujan yang turun tanpa henti hari itu, semoga kebahagiaan mereka juga mengalir deras, tak pernah putus, dan selalu membawa kesejukan bagi perjalanan mereka berdua.
#Editor: Marzuki RH










0 comments:
Post a Comment