PASAMAN, (GemaMedianet.com) | Pertanian merupakan mata pencaharian utama sebahagian besar masyarakat di Kabupaten Pasaman. Selain sektor tanaman pangan seperti padi, sektor perkebunan juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Pasaman.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Bupati Pasaman, Sabar AS saat menerima kunjungan CEO (Chairmen Of Officer) Whosecacao Inc, Mr. Akira yang didampingi oleh Direktur GE Farm Development, Rusmadi dan Direktur Utama PT. Bio Ekonomi Sirkular Indonesia, Fitra Jaya Piliang yang akan bekerjasama dengan kelompok tani di Pasaman dalam pengembangan dan pemasaran Produk Cacao (Cokelat) dengan harga yang lebih "fair", di meeting room Kantor Bupati Pasaman, Rabu (9/6/2021).
"Kabupaten Pasaman sudah memiliki dua nagari "Model" Kakao yakni Nagari Sundata Kecamatan Lubuk Sikaping, dan Nagari Sontang Cubadak di Kecamatan Padang Gelugur. Di kedua nagari tersebut, beberapa kelompok tani bahkan sudah mendapatkan sertifikat baik dari pemerintah maupun dari pihak swasta yang "concern" dengan Tanaman Kakao," jelas Sabar AS.
Pada pertemuan tersebut, Wakil Bupati Pasaman yang didampingi oleh Asisten II Ir. Yuspi, Kepala Dinas Pertanian Efriyanto, S.Pt, Kabid Perkebunan Rudi Azhari Lubis, dan turut diundang beberapa ketua Kelompok Tani Kakao di Pasaman.
Dalam paparannya, Sabar AS menerangkan, bahwa luas Tanaman Kakao di Pasaman mencapai 17.051 Ha dengan jumlah produksi sebesar 11,9687 ton, dan rata-rata produksi 922,1 kilogram per hektar.
"Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pasaman dalam 3 tahun terakhir sudah melaksanakan program pengembangan Kakao seperti peningkatan luas tanaman Kakao, peremajaan tanaman Kakao, Pemangkasan dan Sekolah Lapang Penyakit Hama Tanaman (SL-PHT), perbaikan pasca panen Kakao dan pembinaan kelembagaan petani," ulas Sabar AS.
Sementara itu, Kadis Pertanian Kab. Pasaman, Efriyanto, S.Pt menyampaikan, masih banyak kendala yang dihadapi oleh Petani Kakao di Pasaman. Antara lain terbatasnya kemampuan SDM, dan ketersediaan sarana untuk pemeliharaan dan penanganan pasca panen.
"Selain itu, infrastruktur yang kurang tersedia sehingga ongkos angkut menjadi tinggi yang menekan harga di tingkat petani. Masih lemahnya kelembagaan petani, sehingga posisi tawar masih ditentukan oleh para pedagang. Harga ini yang menjadi kendala, dimana petani hanya menerima harga yang ditentukan oleh pedagang," ungkap Efriyanto.
Dalam paparannya, Rusmadi yang mewakili Whosecacao Inc, mencoba untuk mencari jalan keluar dari keluhan para petani yakni dengan "fair price" atau harga ditentukan oleh kualitas barang itu sendiri.
"Jika kita mau harga yang cocok dan sesuai, maka produksi kakao kita juga harus sesuai dengan ekspektasi yang ditentukan oleh pembeli. Makanya kita mencoba menggandeng Whosecacao Inc, dari Jepang untuk membeli Kakao Pasaman atau Sumatera Barat pada umumnya dengan standarisasi yang baik yang berbanding lurus dengan kualitas yang baik pula," terang Rusmadi.
Dengan mengusung konsep tracebility (ketertelusuran) dimana Whosecacao Inc, menginginkan produk Kakao Pasaman harus benar-benar dari Pasaman tanpa dicampur oleh produk Kakao dari luar Pasaman.
"Untuk itu kami akan bekerjasama dengan Pemkab Pasaman dan kelompok tani di Pasaman dengan bersama-sama bagaimana kita melanjutkan pembinaan yang maksimal terhadap Petani Kakao dengan menghasilkan kakao yang terbaik, sehingga sehingga income petani terangkat," tukas Rusmadi. (Noel)
0 comments:
Posting Komentar