03 April 2017

Protes dan Kecaman Internasional Meningkat, Peru Tarik Dubesnya Dari Venezuela


PERU, (GemaMedianet.com) – Protes dan kecaman internasional telah meningkat sepanjang Jumat menyusul pengambilalihan "otoriter" Kongres Venezuela oleh Mahkamah Agung yang pro pemerintah. Mahkamah Agung Venezuela pada awal pekan ini mengambil alih kendali kongres, yang dianggap para pengkritik sebagai suatu kudeta.

Sementara Peru menerapkan sikap paling keras di kawasan Amerika, dengan mendesak semua negara menerapkan tindakan keras dengan menarik para duta-duta besar mereka dari Venezuela.

Peru, yang dipimpin Presiden Pedro Pablo Kuczynski, telah secara langsung menarik duta besarnya setelah menyebut pengambilalihan itu sebagai pelanggaran menyolok terhadap demokrasi.

"Negara-negara lain harus melakukan tindakan serupa supaya Venezuela tahu,hanya dia yang mengambil langkah seperti itu," kata Wakil Presiden Peru Martin Vizcarra kepada Reuters.

"Kalau kita menginginkan sebuah negara, sebuah kontinen yang akan dipimpin oleh (pemerintahan) demokrasi, menurut saya semua negara harus menerapkan sikap tegas dengan menentang semua bentuk kudeta atau otoriterianisme," tambahnya.

Peru muncul sebagai pemimpin potensial dalam upaya kawasan menekan Venezuela untuk melakukan reformasi demokratis di tengah kekosongan strategi dari Amerika Serikat.

AS sendiri menyebut langkah mahkamah agung Venezuela itu sebagai kemunduran serius bagi demokrasi. Pekan lalu, Meksiko memanggil duta besarnya ke tanah air untuk berkonsultasi menjelang pertemuan Organisasi Negara-negara Amerika, kata seorang sumber pada kementerian luar negeri Meksiko.

Duta besar tersebut sekarang sudah kembali ke Karakas dan belum dipanggil lagi ke Meksiko sejak Mahkamah Agung melancarkan pengambilalihan. Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto, Jumat, menyatakan kekhawatiran soal "kemunduran demokrasi" di Venezuela dan memerintahkan kementerian luar negeri negaranya untuk mengemukakan masalah itu pada pertemuan Organisasi Negara-negara Amerika.

"Menyangkut peristiwa ini, kita tidak bisa bersikap berbeda. Seperti kita juga tidak bersikap beda pada 2002 ketika ada upaya ilegal untuk menggulingkan pemerintahan," kata Pena Nieto.

Ia mengacu pernyataannya itu pada percobaan kudeta terhadap mentor politik Presiden Venezuela Nicolas Maduro, mendiang presiden Hugo Chavez. Selama setahun lebih, pemerintahan Maduro mesti bergulat dengan perlawanan oposisi yang merupakan mayoritas di legislatif.
Pemindahan kewenangan legislatif kepada Mahkamah Agung ini membuat oposisi di Dewan Nasional kehilangan hak untuk menjalankan pemerintahan. Mahkamah Agung selama ini konsisten mendukung presiden sayap kiri ini dalam bergulat melawan oposisi di Dewan. (cnnindonesia)

0 comments:

Posting Komentar

PRAKIRAAN CUACA

eqmap

SOLOK SELATAN


POLDA SUMBAR

iklan

TwitterFacebookGoogle PlusInstagramRSS FeedEmail

Statistic Views

Iklan

Iklan

Terkini

Iklan

FACEBOOK - TWEETER

Iklan

BUMN

Iklan

REMAJA DAN PRESTASI

iklan